Friday on September 30, 2011
Sepulang dari menjemput Alizarin dari kegiatan setiap Jum'at di komunitas HSKS, Medan. Kami (aku dan suami) tidak langsung mengajaknya pulang. Kami bersama pergi ke sebuah galleri "Crispo Antiques". Disana dia belajar langsung mengidentifikasi beragam karya seni dari berbagai bentuk rupa dari kebudayaan bangsa Indonesia hingga seni mancanegara.
Lewat penampilannya yang sangat acuh dan terkesan tidak peduli, aku menyimpan kekaguman yang tidak aku tunjukkkan padanya. Sungguh dia dapat mengidentifikasi dan juga mampu menjawab pertanyaanku mengenai benda-benda seni yang begitu banyak terdapat di sana. Melihat dua buah patung Singa, dia dapat membedakan patung tersebut buah karya pematung Bali dan China, dia juga dapat membedakan lukisan patung Budha karya pelukis Thailand dan Bali juga benda-benda seni lainnya seperti cramics karya Eropa dan China.
Tentu ini adalah sebuah cara belajar yang unik dan tidak membosankan bahkan aku tidak perlu berteriak mengajaknya belajar dengan memegang buku dan memberi teori-teori, karena Alizarin sendiri begitu antusias dan bersemangat mengamati setiap benda seni yang terdapat disana. Aku hanya melihat apresiasinya yang tumbuh terhadap seni dan menghargainya lewat membeli setelah tawar menawar yang dilakukannya sendiri.
Pelajaran terpenting hari ini adalah kami melakukannya bersama-sama. Mengenalkannya pada jati diri bangsa dan keragaman budaya yang bersatu di sebuah tempat yang disebut galleri atau musium bagi pemikat dan penikmat seni atau pecinta seni (Art Lover).
Belajar mandiri dengan sumber realitas alam, dapat dilakukan siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
Friday, September 30, 2011
Mengenal Seni Rupa Lewat Galleri
Tuesday, September 13, 2011
Ruang Kelas Kami Bersama
Belajar Artinya bukan hanya aku membimbing anakku untuk belajar, tetapi aku juga harus belajar kembali dan membuka memori yang sumbat dan berkarat karena lama sekali tidak pernah dipakai buat mikir. Seperti juga membuka buku tua yang akan dibuang, dipilah pilih mencari yang masih dibutuhan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan lagi. Memori yang sudah mulai sumbat dan berkarat ini mulai diperbaiki dan diminyaki kembali. Mencari kiat mentransfer ilmu dengan cara praktis dan menyenangkan.
Pertama yang harus kusiasati merubah sebagian ruang makan menjadi dinding untuk meletakkan hasil karya terbaiknya, yaitu dengan menempel gambar dari seluruh mata pelajaran yang kami pelajari. Dengan melihat hasil karyanya dia lebih termotivasi.
Seperti hal pertama, hal kedua yang kulakukan memberi ruang pada kamar tidur untuk hasil karyanya. Memberinya pilihan untuk belajar didalam kamar atau di ruang makan atau dimana saja kecuali didepan televisi.
Televisi bukan hal tabu, tetapi ada saatnya juga kami belajar dengan menonton televisi atau DVD.
Banyak pilihan untuk belajar, artinya ruang bukan standar untuk menstransfer ilmu. Dimana saja, kapan saja semua ruang dan sudut bisa menjadi tempat untuk belajar asal kita mau membuatnya menjadi nyaman. Maka jadilah rumahku tempat kami belajar bersama, kelas kami bersama. Dimana aku menjadi guru dan siapa saja juga bisa menjadi gurunya selama mengajarkan hal-hal yang baik dan tidak melanggar norma hukum,susila dan agama. karena selain menjadi guru untuk anakku akupun belajar hal-hal gaul darinya.
Labels:
Kelas Kami
Location:
Setia Budi, Medan, Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)